Kamis, 16 April 2009 | 13:16 WITA
BANJARBARU, KAMIS - Nilai ekspor Kalimantan Selatan (Kalsel) kini mulai membaik jika dibandingkan dengan nilai ekspor yang sempat anjlok pada saat krisis global yang terjadi September 2008 lalu.
Hal itu dikemukakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, Drs. H. Subardjo disela-sela "coffee morning" jajaran pemerintah provinsi (Pemprov) setempat di Banjarbaru (32 Km utara Banjarmasin), Rabu.
Ia mengungkapkan, pada tahun 2007 nilai ekspor Kalsel mencapai tiga miliar dolar Amerdika Serikat (AS) dan 2008 menjadi empat miliar dolar AS atau meningkat sekitar 30 persen dari tahun sebelumnya.
"Krisis global membawa dampak yang sangat kuat terhadap beberapa ekspor komoditi non migas Kalsel, seperti karet alam, saat terjadi krisis harganya di pasar dunia anjlok sampai satu dolar AS/Kg. Sebelum terjadi krisi mencapai 3,2 dolar AS/Kg," ungkapnya.
Namun keadaan tersebut berangsur membaik, karena harga karet saat ini juga sudah mulai menunjukkan geliat pasar yakni 1,64 dolar AS/Kg. Keadaan serupa terhadap beberap komoditi ekspor yang juga mulai membaik, seperti dari sektor perkebunan kepala sawit, hasil bumi batu bara, dan rotan.
Ia menyatakan, krisis global ternyata tidak berpengruh keras terhadap nilai ekspor Kalsel, pasalnya tujuan pasar dunia bukan negara Amerika, melainkan negara-negara Asia seperti China, Jepang, Korea, Singapura, dan lainnya.
Selain itu, pihak Disperindag Kalsel juga terus berupaya mengembangkan usaha menengah dan kecil. Sebagai salah satu contoh, usaha pengolahan tikar purun di Kabupaten Batola Kuala (Batola) telah mendapatkan bantuan sehingga mampu meningkatkan kualitas produksinya hingga ke tingkat layak ekspor, demikian Subarjo.
Peningkatan ekspor Kalsel tersebut didominasi produk pertambangan, seperti batu bara, serta karet alam dan minyak mentak sawit (CPO). "Coffee morning" jajaran Pemprov Kalsel secara rutin dijadwalkan sepakan sekali itu, juga dihadiri unsur Muspidaq Provinsi setempat.
No comments:
Post a Comment