Tuesday, December 18, 2007

RSPO ke V Libatkan Petani dalam Pengelolaan Sawit Lestari

Kamis, 22 November 2007

Kuala Lumpur, Kompas - Pengelolaan minyak sawit berkelanjutan seharusnya melibatkan petani, pemilik kebun kelapa sawit skala kecil. Sebab, mereka dan masyarakat sekitar perkebunan adalah pihak-pihak yang paling merasakan dampak dari munculnya perkebunan skala besar di sebuah wilayah.

Hal ini disampaikan juru bicara petani Indonesia, Yurni Sedariah, dalam sidang ke V Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (21/11).

Yurni, petani kelapa sawit asal Kalimantan Timur, menghadiri sidang RSPO bersama lembaga swadaya masyarakat pemerhati kelapa sawit dari Bogor, Sawit Watch.

Dikatakan, perusahaan dan pemerintah harus menghentikan kegiatan perluasan perkebunan yang mengabaikan hak masyarakat. Menurut Yurni, pengakuan terhadap hak masyarakat akan memudahkan perusahaan perkebunan itu beroperasi.

Data Departemen Pertanian menyebutkan, dari 6,07 juta hektar areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, seluas 600.000 hektar di antaranya milik pemerintah, dan 2,7 juta hektar dikelola perusahaan swasta. Sisanya, 2,77 juta hektar, merupakan perkebunan rakyat.

Direktur Scale Up Ahmad Zazali mengatakan, selama ini diskusi RSPO hanya menitikberatkan pada persoalan lingkungan, sementara pembahasan tentang masalah sosial terabaikan.

Padahal, lanjut Ahmad Zazali, keberadaan sebuah perkebunan kelapa sawit dan industrinya sering bersentuhan dengan masalah sosial.

"Keterlibatan petani dalam semua diskusi untuk minyak sawit berkelanjutan tentu akan memudahkan semua pihak untuk mendengar persoalan mereka. Pengusaha, petani, dan pemerintah dapat secara bersama-sama melakukan negosiasi merumuskan solusi yang adil untuk mengatasi pelbagai masalah," kata Achmad Zazali.

Dalam diskusi terbuka RSPO, yang dibagi dalam 13 kelompok, topik masyarakat dan minyak sawit diminati banyak peserta sidang. Forum tersebut menjadi satu-satunya forum yang berdiskusi dalam Bahasa Indonesia karena diikuti oleh petani dan tokoh adat, selain tentu saja para pengusaha. Diskusi yang dipandu aktivis Sawit Watch itu menyediakan penerjemah bagi peserta asing.

Persoalan yang mengemuka dalam diskusi tersebut adalah pengakuan hak atas tanah. Diskusi menyoroti bahwa sering kali masyarakat menjadi korban akuisisi lahan oleh perusahaan. Ini karena pemerintah menerbitkan izin tanpa lebih dulu melakukan verifikasi terhadap kepemilikan lahan.

Kondisi seperti itu menimbulkan konflik, tidak hanya di Indonesia. Menurut Marcus Colchester dari LSM Forest Peoples Programme, konflik akibat pengalihan kepemilikan lahan masyarakat kepada pemilik modal juga terjadi di Malaysia, khususnya di wilayah timur.

Selama dua hari sidang RSPO, isu keterlibatan petani dalam implementasi prinsip dan kriteria RSPO terus menjadi bahan pembahasan.

Dalam sidang hari Selasa (20/11), pembicara dari perusahaan-perusahaan perkebunan, yang telah menguji coba prinsip dan kriteria RSPO secara sukarela, menyampaikan persoalan yang sering dihadapi petani dan kelompok tani, yaitu lemahnya kelembagaan.

Petani yang sejak awal menjadi plasma atau mitra perkebunan jauh lebih mudah dibina dan diorganisasi daripada petani mandiri. Untuk petani mandiri, peran pemerintah harus lebih menonjol. Ini demi tercapainya program.

Sekretaris Jenderal RSPO Andrew Ng berpendapat, konflik yang terjadi bukan hanya antara perkebunan dan masyarakat, tapi juga karena masalah politik.

"Hal ini seharusnya bukan hanya menjadi perhatian RSPO, tetapi juga pemerintah karena pemerintah juga terlibat," ujarnya. (Hamzirwan dari Malaysia)

Sidang RSPO ke V Siap Buktikan CPO Ramah Lingkungan

Selasa, 20 November 2007

 

Kuala Lumpur, Kompas - Para pemangku kepentingan kelapa sawit siap melawan kampanye yang menentang kelapa sawit mentah atau CPO dan produk turunannya. Mereka siap membuktikan CPO dan produk turunannya ramah lingkungan.

Hal itu akan dibahas dalam Roundtable on Suistainable Palm Oil (RSPO) V di Kuala Lumpur, Malaysia, yang dimulai hari ini, Selasa (20/11). Menurut Ketua Panitia Pelaksana Sidang RSPO ke V Teoh Cheng Hai, Senin di Kuala Lumpur, RSPO menyiapkan prinsip dan kriteria pengelolaan minyak sawit lestari sejak tahun 2005.

Beberapa perusahaan, yang telah menguji coba standar RSPO dalam usahanya, akan membagi pengalamannya. Perusahaan itu, antara lain Synergy Drive Berhad (Malaysia), SMART Tbk (Indonesia), dan Agropalma Group (Brasil). Jika lolos sertifikasi, produk mereka layak mendapat harga lebih mahal dari produk serupa di pasar global.

Sebanyak 530 peserta dari 30 negara mewakili pemangku kepentingan kelapa sawit hadir dalam RSPO V, mewakili pemangku kepentingan kelapa sawit.

Ada delapan pihak yang merupakan pemangku kepentingan minyak sawit, yaitu perkebunan, industri pengolahan minyak sawit, pedagang, industri manufaktur produk konsumsi, pengecer, perbankan, investor lingkungan, sampai lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Saat ini, kampanye menentang CPO dan produk turunannya semakin gencar, terutama di pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Para aktivis lingkungan hidup mengklaim rangkaian proses produksi CPO merusak lingkungan. Yaitu, mengubah hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Mereka mengajak konsumen memboikot produk yang mengandung CPO dan tidak berbelanja di tempat yang memperdagangkannya.

Selain menyosialisasikan pengelolaan minyak sawit lestari, RSPO juga akan mengumumkan lembaga penyedia jasa sertifikasi produk minyak sawit lestari. Ada dua lembaga yang sudah siap menyertifikasi, namun identitasnya baru akan diungkap pada pertemuan RSPO.

Pemasok terbesar

Indonesia dan Malaysia sangat berkepentingan dengan penerapan pengelolaan minyak sawit lestari karena keduanya memasok hampir 87 persen produksi CPO dunia pada tahun 2006. Kontribusi Indonesia 15,9 juta ton dan Malaysia 15,8 juta ton.

Wakil Ketua Bidang Usaha Perkebunan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Daud Dharsono mengatakan, Indonesia menyiapkan 120 indikator dalam penerapan standar pengelolaan kelapa sawit yang berkelanjutan. Mulai 1 Desember 2007, para pemangku kepentingan kelapa sawit yang mampu menerapkannya akan disertifikasi.

"Untuk tahap awal, indikator ini bisa dipakai pihak-pihak yang secara sukarela mau menerapkannya," ujar Daud.

Namun, perusahaan lain harus belajar untuk menerapkannya. "Sebab, untuk jangka panjang sertifikat pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan akan menjadi tuntutan pasar," kata Daud. (Hamzirwan dari Malaysia)

3.000 Hektare Perkebunan Rakyat Direalisasikan

Sabtu, 10 November 2007

Radar Banjarmasin

BATULICIN - Salah satu program unggulan di bidang perkebunan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemkab Tanbu memfasilitasi pembangunan kebun rakyat. Melalui program itu, masing-masing kepala keluarga (KK) diberikan lahan seluas 1 hektare untuk ditanam karet maupun kelapa sawit.

“Masyarakat tinggal memilih kedua komuditi tadi. Tergantung selera merekalah,” ujar Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Tanbu Ir Edward Thurrahman, Kamis (8/11), kemarin.

Menurutnya, program ini akan dilaksanakan hingga tahun 2010 mendatang. Sementara itu, mendekati akhir tahun 2007 ini, sudah berhasil direalisasikan sebanyak 1000 hektare lebih. Pada tahap pertama ini, pembangunan kebun rakyat ini, berada di Kecamatan Mantewe, Karang Bintang dan Angsana.

Berikutnya, pada tahun 2008 mendatang, akan dikembangkan lagi seluas 3.000 hektare yang berada di Kecamatan Satui, Kusan Hulu, Mantewe dan Karang Bintang. Selain beberapa kecamatan yang disebutkan tadi, tidak menutup kemungkinan pembangunan kebun rakyat ini dilaksanakan di kecamatan lain yang lahannya masih belum tergarap.

“Target kami, tahun 2010 dapat mencapai 11.000 hektare. Dengan harapan, tiga tahun berikutnya setelah tanam, seluruh masyarakat di pedesaan dapat memiliki penghasilan tiap bulannya,” katanya. (kry)


Swasta Kuasai Perkebunan Kalsel

Kamis, 1 November 2007
Radar Banjarnasin

BANJARMASIN ,- Hampir 54 persen kawasan perkebunan di Kalsel adalah perkebunan besar yang dikelola pihak swasta. Di tahun 2006 lalu saja, ada sekitar 531.913,63 hektare lahan perkebunan di provinsi ini yang dikelola perusahaan swasta.

Data tersebut di atas telah disampaikan Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Ir Haryono, pada seminar produk UKM Ekspor, baru-baru tadi di Bank Indonesia Banjarmasin.

Menurut Haryono, perusahaan perkebunan besar swasta saat ini memang paling mendominasi perkebunan di Kalsel. ”Setelah itu perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara,” katanya.

Untuk pengelolaan swasta yang hak guna usahanya aktif, ada sekitar 38 perusahaan perkebunan. ”Sedangkan hak huna usaha yang terlantar ada 7 perusahaan perkebunan dan izin lokasi sebanyak 24 perusahaan perkebunan,” jelasnya.

Kondisi komoditas unggulan perkebunan ini kebanyakan ada di sektor kelapa sawit dan karet. Sedangkan komoditas perkebunan lainnya yang sedang dikembangkan adalah kopi, kakao, cengkeh, lada, nilam dan ilang-ilang.

“Untuk kelapa sawit, areal perkebunannya di Kalsel cukup besar. Yaitu sekitar 243.451 hektare. Yang terbanyak ada di Kotabaru, Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu. Ditargetkan tahun 2008 nanti bisa meningkat menjadi 300 hektare,” katanya.

Yang menggembirakan, prospek pengembangan kelapa sawit sangat menjanjikan. Apalagi kalau di Kalsel berhasil dibangun pabrik minyak goreng yang tentunya akan meningkatkan nilai jual hasil perkebunan kelapa sawit Kalsel.

Diinformasikan Haryono, sekarang ini ada beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kalsel. Misalnya, Sinar Mas Group yang merupakan pabrik pengolahan kelapa sawit terbesar di Kalsel dengan tiga pabrik, yaitu di Batu Ampar, Sei Kupang dan Senakin.

“Total jenderal ada 14 pabrik pengolahan kelapa sawit yang beroperasi di Kalsel, dengan total rata-rata produksi perbulannya mencapai 6.212 ton,” pungkasnya. (sya)

[ Kembali ] [ Atas ]

Thursday, December 06, 2007

Penertiban Bingungkan Perusahaan

Tambang Emas Ancam Pandahan

Selasa, 30-10-2007 | 21:16:39

PELAIHARI, BPOST - Aktivitas tambang emas di kawasan Palm, Banjarbaru, dikhawatirkan kembali mencemari air sungai Pandahan, di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Chomaruddin, perwakilan warga Desa Pandahan saat dialog di Kecamatan Jorong, Minggu (28/10) mengatakan, sekarang pencemaran belum terlihat. Tapi, pengalaman tahun lalu, pencemaran terjadi di musim hujan.
Chomaruddin bermukim di kawasan Liang Anggang, tak jauh dari Desa Pandahan. Namun dia mengaku punya banyak kerabat di Pandahan. Sebagian warga setempat mulai risau kemungkinan tercemarnya kembali sungai ini menjelang musim hujan.
Kerisauan terutama dirasakan oleh mereka yang mengandalkan air bersih (air minum) dari Sungai setempat. Sebagian warga yang  ekonominya mapan, membeli air bersih untuk kebutuhan air minum keluarga. Namun umumnya warga menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci.
Tahun lalu, kata Chomaruddin, warna air berubah menghitam. Ikan sungai juga banyak yang mati. Penyebabnya diduga akibat pencemaran dari limbah tambang emas di Banjarbaru.
Pencemaran hanya terjadi saat musim penghujan karena tanggul limbah perusahaan tambang tersebut tidak mampu lagi menampung air limbah yang bercampur air hujan. Akibatnya, limbah tersebut meluap dan mengalir ke Sungai Pandahan. Pencemaran seperti itu mulai terjadi sejak setahun lalu.
Seperti pernah diberitakan, Bagian Bangda turun membangun tanggul sebagai penyekat, sehingga limbah tambang di Banjarbaru tidak meluap ke Sungai Pandahan.
Dikonfirmasi  Senin (29/20), Kepala Kantor LH Tala Zulkifli Chalid meminta warga Pandahan secepatnya melapor jika mendapati pencemaran di sungai itu sehingga pihaknya segera  mengambil sampel.roy

Truk Sawit Rusak Jalan Negara

Perlu Patok Batas Kawasan Hutan

Jumat, 26-10-2007 | 21:59:24

  • Sulit Kenali Hutan Lindung

PELAIHARI, BPOST- Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Tanah Laut, Aan Purnama menyatakan, perlu pembuatan patok tata batas kawasan hutan, untuk mengamankan dan menghindari perambahan kawasan hutan oleh aktivitas perusahaan maupun masyarakat.

Patok dianggap sangat penting, supaya orang mudah mengenali bahwa suatu tempat masuk kawasan hutan atau tidak. "Jika perlu, bentuknya tak sekadar patok, tapi monumen, supaya lebih jelas dilihat," katanya saat rapat koordinasi pemantapan penertiban perkebunan di aula Kantor Dinas Kehutanan Tala, Jumat (26/10).

Pertemuan kemarin dihadiri pejabat dari institusi terkait, termasuk dari Polres Tala. Aan mengungkapkan, selama ini ada kecenderungan dari pihak investor untuk memanfaatkan lahan kosong sebagai lokasi usaha.

Banyak dari mereka yang tidak mengetahui bahwa lokasi tersebut berada dalam kawasan hutan. Pantauan BPost, secara faktual sejumlah kawasan hutan di daerah ini memang sulit dikenali. Termasuk kawasan seperti hutan lindung, suaka margasatwa atau taman wisata alam.

Ini karena secara fisik, kawasan hutan atau kawasan lindung tersebut tidak lagi ditumbuhi hutan perdu, tetapi hanya berupa semak belukar. Umumnya populasi kayunya telah ludes oleh aktivitas penebangan liar.

Selain pembuatan patok tata batas, Aan mengatakan perlunya pengawasan yang terus menerus terhadap kawasan hutan. Langkah ini salah satu bagian penting dalam upaya mengamankan, menjaga, dan melestarikan hutan di daerah ini.

Dishut Tala kini melakukan pengamanan kawasan hutan, dengan penertiban tambang (batu bara dan bijih besi) yang masuk kawasan hutan melalui pewajiban mengurus izin pinjam pakai ke Menhut.

Hingga kini baru satu perusahaan tambang yang telah mendapatkan izin pinjam pakai yaitu PT Amanah Anugerah. Pertengahan tahun tadi, Dishut Tala mengumumkan 16 perusahaan perkebunan yang arealnya masuk kawasan hutan. Bupati Tala H Adriansyah membentuk tim untuk menertibkan perkebunan tersebut.

Akhir Desember tahun ini adalah batas waktu terakhir bagi perusahaan perkebunan tersebut untuk mengajukan permohonan pengecekan lahan kepada tim. Hingga kini baru enam perusahaan perkebunan yang telah mengajukan permohonan. roy 

no       Perkebunan Perambah Hutan

1         Sarana Subur Agrisindo

2         Candi Arta

3         Bumi Raya Investindo

4         Lunik Anugerah

5         Meratusindo Nugraha Sentosa

6         Citra Putra Kebun Asri

7         Emida

8         Kintap Jaya Wattindo

9         Smart and Co

10       Damit Mitra Sekawan

11       Indoraya Everlatex

12       Malindo Jaya Diraja

13       Sinar Surya Jorong

14       Bridgeston Kalimantan Plantation

15       Pola Kahuripan Inti Sawit

16       PTPN XIII

17       Bangun Kalimantan

Sumber Data: Dinas Kehutanan Tanah Laut

Ekspansi Kebun Sawit Ancam Populasi Bekantan

Sabtu, 06-10-2007 | 00:36:07

PELAIHARI, BPOST- Populasi bekantan di Kabupaten Tanah Laut ternyata tidak hanya berada di Desa Muara Asam-Asam dan Sabuhur Kecamatan Jorong. Belakangan, binatang berhidung panjang itu ditemukan di Desa Panjaratan Kecamatan Pelaihari.

Namun eksistensi satwa langka yang berkoloni di Panjaratan tersebut dilaporkan bakal terancam. Ini menyusul rencana ekspansi kebun kepala sawit PT Kintap Jaya Wattindo (KJW).

"Ada laporan dari warga Panjaratan di desa mereka terdapat bekantan. Namun keberadaan satwa langka ini terancam karena akan masuk program sawit PT KJW," tutur Kabid Perlindungan dan Konservasi Alam Dinas Kehutanan Tala Syukraeni Syukran, Kamis (4/10).

Syukraeni lantas memperlihatkan surat pengaduan dari warga Panjaratan tersebut. Dalam suratnya 6 Agustus yang ditujukan kepada bupati itu, warga Panjaratan yang menyebut diri sebagai masyarakat peduli bekantan mengutarakan kekhawatirannya atas rencana pengembangan sawit.

Mereka mengatakan terbuka dan senang jika ada perusahaan perkebunan sawit yang ingin masuk ke Panjaratan. Namun di lain pihak, dikhawatirkan pembukaan kebun sawit tersebut akan berdampak pada punahnya populasi bekantan.

Mereka meminta permasalahan ini disikapi bijak oleh Pemkab Tala. Dinas Kehutanan Tala berencana turun ke lapangan untuk menyurvei keberadaan bekantan Panjaratan.

"Namun ini belum bisa terlaksana sampai sekarang karena belum ada jawaban dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Banjarbaru," ucapnya.

Syukraeni menyatakan, pihaknya tidak bisa bergerak sendiri karena yang berwenanga mengelola kawasan suaka margasatwa dan taman wisata alam adalah BKSDA. Survei lapangan tersebut penting untuk mengetahui jumlah populasi bekantan di Panjaratan.

Keberadaan satwa langka yang menjadi maskot Provinsi Kalsel itu kian melengkapi kekayaan Bumi Tuntung Pandang. Pasalnya sebelumnya juga telah ditemukan bekantan di Desa Muara Asam-Asam dan Sabuhur Kecamatan Jorong.

Populasi bekantan di dua tempat tersebut telah disurvei oleh Dishut maupun BKSDA. Kedua tempat itu bahkan akan ditetapkan menjadi kawasan Suaka Margasatwa karena jumlah populasi bekantan di hutan setempat yang cukup banyak.roy

Enam Perusahaan Hentikan Produksi

Senin, 01-10-2007 | 01:02:12

  • Satu PMA, Lima PMDN

KOTABARU, BPOST - Enam perusahaan di Kotabaru, yang dibiayai penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA), tidak dapat melakukan aktivitasnya kembali.

“Setelah kami cek ke lapangan ternyata perusahaan tersebut tidak beraktivitas lagi, sehingga diputuskan terdaftar sebagai perusahaan macet,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Penanaman Modal Kotabaru, Mukhlis Hamidi, melalui Kepala Seksi Penanaman Modal/Investasi, Abdul Hadi, Sabtu (29/9).
Hadi mengaku hingga saat ini pihaknya belum mengetahui faktor penyebab kemacetan perusahaan yang memiliki nilai investasi ratusan miliar rupiah tersebut.    
PT Ladang Serumpun Subur Abadi, jenis usaha perkebunan kelapa sawit dengan nomor surat persetujuan 140/PMDN/2000, tertanggal 31 Agustus 2000, nomor izin usaha tetap 1085/Pertanian/Industri/2005.
Dengan rencana investasi sekitar Rp219,7 miliar, dan terealisasi sekitar Rp 159,2 miliar, rencana tenaga kerja yang direkrut empat orang tenaga kerja asing dan 1.378 tenaga kerja Indonesia, baru terealisasi 349 tenaga kerja Indonesia.
PT Wahana Argo Semesta, jenis usaha perkebunan kelapa sawit surat persetujuan 23/1/PMDN/1996 tertanggal 4 Januari 1996, rencana investasi Rp 73 miliar dan terealisasi Rp 500 juta, jumlah tenaga kerja yang akan direkrut 10 tenaga kerja asing dan 2.010 tenaga Indonesia, macet pada kontruksi.
PT Pamukan Djala LTD jenis usaha Logeng dan Sawn Timber, lokasi di Kecamatan Pamukan Utara, surat persetujuan B.165/Pres/12/1970 tanggal 13 Desember 1970, nomor izin usaha tetap 31/Industri/1988, rencana investasi Rp 28 miliar, dan terealisasi Rp30,5 miliar rencana merekrut empat tenaga asing dan 194 tenaga lokal.
PT Semen Meratus Jaya jenis usaha industri semen portlan, surat persetujuan 001/KAPET/BTL/A/I/PMDN.2000, rencana investasi Rp 3,8 triliun, realisasi sekitar Rp 1,2 miliar, rencana merekrut lima tenaga asing dan 1.400 tenaga kerja lokal, terealisasi tenaga kerja yang diserap 41 orang dan macet pada kontruksi.
Sedangkan satu perusahaan macet yang dibiayai oleh permodalan asing, yakni PT Scorpion Sampanahan Min, jenis usaha pertambangan umum, dengan nomor surat persetujuan 99177/A/I/PMA/1996, tertanggal 20 September 1996, rencana investasi Rp 4,3 miliar dan terealisasi sekitar Rp 3,5 miliar, macet saat produksi.
“Masalah kemacetan ini telah kami sampaikan kepada pemerintah pusat, untuk bahan laporan,” kata Abdul Hadi. ant

Warga Bisa Tambang Sendiri Baru Bara

2008, Revitalisasi 539 Ribu Ha Kebun

Rabu, 17-10-2007 | 01:24:00

JAKARTA, BPOST - Pemerintah akan merevitalisasi lahan perkebunan seluas 539 ribu hektare (Ha) tahun depan. Pelaksanaan revitalisasi ini termasuk perluasan, peremajaan, dan rehabilitasi tiga komoditas utama perkebunan.

“Tahun depan kebun-kebun sawit, karet dan kakao akan direvitalisasi. Revitalisasi dilakukan dengan bentuk perluasan lahan sebesar 394 ribu hektare, peremajaan seluas 135 ribu hektare, dan rehabilitasi lahan seluas 10 ribu hektare,” ungkap Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian, Achmad Mangga Barani di Jakarta, Senin (15/10).
Achmad menjelaskan, revitalisasi lahan perkebunan sawit akan dilakukan berupa perluasan kebun seluas 350 ribu Ha dan peremajaan 50 ribu Ha.
Sementara itu, untuk kebun karet akan dilakukan perluasan mencapai 15 ribu Ha, sedangkan untuk peremajaan kebun karet, Deptan akan melakukan peremajaan kebun seluas 70 ribu Ha.
Adapun untuk perbaikan atau rehabilitasi akan dilakukan pada kebun kakao seluas 10 ribu Ha. Pasalnya, perkebunan kakao yang ada saat ini sebagian besar dikuasai rakyat. Sehingga, perkebunan yang ada banyak yang mengalami serangan hama atau kurang perawatan. Untuk itu diperlukan rehabilitasi. “Semua kegiatan ini merupakan bagian dari revitalisasi perkebunan khusus tahun anggaran 2008,” tambah Achmad.
Terkait pelaksanaan program revitalisasi perkebunan tahun 2007, Achmad mengatakan, realisasi fisik program sampai Agustus baru mencapai 32,76 persen. Pelaksanaan terbesar terjadi pada kebun sawit yang mencapai luas lahan 154,71 ribu Ha.
Luasan ini telah mencapai 41,48 persen dari target fisik sebesar 373 ribu Ha. Sedangkan, lokasi realisasi fisik ini terletak di 10 provinsi.
Kendati begitu, untuk kebun karet, Achmad mengakui pelaksanaan revitalisasi sampai Agustus masih belum ada atau 0 persen. Padahal, target revitalisasi kebun karet tahun ini seluas 60 ribu Ha. miol

Monday, December 03, 2007

40 Perusahaan Besar Investasi Sawit

Jumat, 07-09-2007 | 02:11:24

* Luas Lahan Sekitar 243 Ribu Hektare

BANJARMASIN, BPOST - Sebanyak 40 perusahaan

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berskala

besar dan Penanaman Modal Asing (PMA) menanamkan

investasinya pada perkebunan kelapa sawit di

daerah ini, sampai Pertengahan 2007.

Kepala Dinas Perkebunan Kalsel, Ir Haryono,

kemarin, mengatakan besarnya minat perusahaan

tersebut menanamkan investasinya perkebunan

perkebunan sawit karena potensinya masih cukup

besar, ditambah dukungan kuat dari pemerintah

daerah setempat.

Pemerintah Provinsi Kalsel, lanjut dia, telah

mencadangkan lahan seluas 430 ribu hektare untuk

pengusaha besar pemegang hak guna usaha (HGU),

dari target seluas 1,086 juta hektare.

Dari 40 perusahaan tersebut, 32 perusahaan di

antaranya telah aktif melaksanakan penanaman

kelapa sawit, dengan luas lahan yang telah

ditanam mencapai sekitar 243 ribu hektare.

Sedangkan delapan perusahaan lainnya, masih dalam

proses pengurusan HGU, izin prinsip, maupun izin

lokasi.

Ia mengharapkan, cadangan perkebunan kelapa sawit

akan mendapat tambahan minimal 500 ribu hektare

menyusul adanya perubahan tata ruang Pemprop

Kalsel.

Haryono mengungkapkan, saat ini potensi

perkebunan baik kelapa sawit maupun karet

memiliki nilai ekonomi dan prospek komoditi yang

cukup cerah.

Sayangnya, dibanding daerah lain, seperti Kalteng

dan Kaltim, luasan lahan di Kalsel jauh lebih

kecil, sehingga perlu terobosan baru untuk

menjadikan Kalsel sebagai kawasan agro industri.

Saat ini tambahnya, Kalsel sedang mempersiapkan

pengembangan perusahaan CPO dan komoditas

lainnya, yang bahan bakunya diambil dari beberapa

provinsi tetangga. Untuk mewujudkan hal tersebut,

beberapa perusahaan telah siap menanamkan

investasinya di Kalsel.

Sementara itu, beberapa daerah yang masih

potensial untuk perkebunan kelapa sawit

diantaranya, Kabupaten Tanah Bumbu, Kotabaru,

Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten

Banjar. ant

Investor Hanya Garap Lahan Rawa

Kamis, 06-09-2007 | 01:56:00

KANDANGAN, BPOST - Meski izin usaha perkebunan kelapa sawit sudah dikeluarkan oleh Bupati HM Safii tahun 2005 lalu, investor belum bisa melaksanakan penanaman.

Mereka masih membangun drainase dan jalan menuju areal perkebunan, karena lokasinya merupakan lahan rawa-rawa yang perlu penanganan serius sebelum bibit ditanam.
Pemkab HSS, 2006 lalu membantu bibit sawit di daerah kering seluas 1.000 hektare. Sumber dananya berasal dari APBD kabupaten dan dana sharing APBN-APBD provinsi. Sedangkan investor yang ingin menanamkan modalnya dapat menggarap lahan rawa.
Sejauh ini baru satu investor sawit yang menanamkan modalnya di HSS. Areal yang ditanami berupa kebun inti rencananya seluas 10.000 hektare. Sedangkan untuk plasma seluas 2.000 hektare.
“Mereka hanya boleh menggarap lahan rawa-rawa. Sedangkan pada lahan kering atau di tanah khusus kebun rakyat dikelola warga difasilitasi Pemkab HSS,” kata Hj Erni Wahidah, Kabid Budidaya, Dinas Kehutanan, Selasa (4/9).
Perusahaan yang sudah masuk saat ini, jelas Erni sedang melaksanakan pengerukan sungai dan badan jalan. Mereka menggarap di lahan rawa di Kecamatan Kandangan, Angkinang, Simpur dan Kalumpang.                
“Pekerjaannya pembibitan di Desa Lungau, Kecamatan Kandangan,” ujarnya. Tahun 2007, pemkab menambah areal tanaman sawit di kebun rakyat seluas 450 hektare, di Kecamatan Loksado dan Padang Batung.
“Kalau di lahan rawa atau basah agak sulit pengelolaannya, sehingga Pemkab HSS mengizinkan investor menggarap lahan basah itu. Jika dikelola pemkab, akan memerlukan biaya besar,” imbuhnya. ck2

Swasta Kuasai Perkebunan Kalsel

Kamis, 1 November 2007

BANJARMASIN ,- Hampir 54 persen kawasan perkebunan di Kalsel adalah perkebunan besar yang dikelola pihak swasta. Di tahun 2006 lalu saja, ada sekitar 531.913,63 hektare lahan perkebunan di provinsi ini yang dikelola perusahaan swasta.

Data tersebut di atas telah disampaikan Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Ir Haryono, pada seminar produk UKM Ekspor, baru-baru tadi di Bank Indonesia Banjarmasin.

Menurut Haryono, perusahaan perkebunan besar swasta saat ini memang paling mendominasi perkebunan di Kalsel. ”Setelah itu perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara,” katanya.

Untuk pengelolaan swasta yang hak guna usahanya aktif, ada sekitar 38 perusahaan perkebunan. ”Sedangkan hak huna usaha yang terlantar ada 7 perusahaan perkebunan dan izin lokasi sebanyak 24 perusahaan perkebunan,” jelasnya.

Kondisi komoditas unggulan perkebunan ini kebanyakan ada di sektor kelapa sawit dan karet. Sedangkan komoditas perkebunan lainnya yang sedang dikembangkan adalah kopi, kakao, cengkeh, lada, nilam dan ilang-ilang.

“Untuk kelapa sawit, areal perkebunannya di Kalsel cukup besar. Yaitu sekitar 243.451 hektare. Yang terbanyak ada di Kotabaru, Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu. Ditargetkan tahun 2008 nanti bisa meningkat menjadi 300 hektare,” katanya.

Yang menggembirakan, prospek pengembangan kelapa sawit sangat menjanjikan. Apalagi kalau di Kalsel berhasil dibangun pabrik minyak goreng yang tentunya akan meningkatkan nilai jual hasil perkebunan kelapa sawit Kalsel.

Diinformasikan Haryono, sekarang ini ada beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kalsel. Misalnya, Sinar Mas Group yang merupakan pabrik pengolahan kelapa sawit terbesar di Kalsel dengan tiga pabrik, yaitu di Batu Ampar, Sei Kupang dan Senakin.

“Total jenderal ada 14 pabrik pengolahan kelapa sawit yang beroperasi di Kalsel, dengan total rata-rata produksi perbulannya mencapai 6.212 ton,” pungkasnya. (sya)


  [ Kembali ]  [ Atas ]