Friday, April 20, 2007

Perkebunan Sawit Belum Memberi Hasil Warga Menginginkan Perkebunan Sawit Jadi Tambang Bijih Besi

Jumat, 6 April 2007

Radar Banjarmasin
KOTABARU ,- Karena masih belum memberikan kontribusi, warga Desa Rampa dan Sungai Bali, Kecamatan Pulau Sebuku, menghendaki agar 80 hektar perkebunan kelapa sawit dialihfungsikan ke tambang bijih besi. Padahal perkebunan sawit tersebut sudah ada sejak tahun 1995 dan sudah menghasilkan tandan buah segar (TBS).

   Sebab, mesin pengelola kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) yang telah dibangun pemerintah daerah untuk mendukung keberadaan kebun sawit di Pulau Sebuku, juga turut mubazir dan tidak digunakan sampai sekarang ini.

   "Ya karena belum ada perusahaan dan pengusaha yang sanggup membeli hasil CPO dari kebun sawit di Pulau Sebuku, sehingga ribuan TBS dibiarkan membusuk di pohon," kata Camat Pulau Sebuku Joko Mutiyono.

   Menurut Joko, keinginan masyarakat untuk alih fungsi perkebunan sawit ke tambang bijih besi cukup beralasan. Karena lahan yang ditanami kelapa sawit sekitar 80 Ha itu masuk dalam wilayah kuasa pertambangan (KP) PT Sebuku Iron Lateric Ores (PT SILO).

   Masyarakat lebih menginginkan PT SILO bersedia mengganti rugi lahan perkebunan sawit tersebut. Namun perusahaan tambang bijih besi tersebut masih belum dapat mengabulkan keinginan warga, lantaran perkebunan kelapa sawit itu masih berkaitan dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

   "Memang itu lahan masyarakat, tetapi yang memberi dana pembukaan lahan, bibit, pupuk dan perawatan kelapa sawit adalah Dinas Perkebunan. Jadi masyarakat ingin tahu berapa sih biaya yang dikeluarkan Dinas Perekebunan itu seluruhnya. Sampai saat ini antara masyarakat dan PT SILO masih belum ada kepastian, kapan negosiasi tersebut dapat segera dilaksanakan,” ujarnya.

       Sedangkan untuk besaran ganti rugi tersebut, pada awalnya warga mengendaki harga sebesar Rp350 ribu per pohon kelapa sawit, harga tanah produktif Rp4.000 per meter dan lahan tidak produktif Rp2.000 per meter. Tetapi PT SILO hanya menawar Rp75 ribu per pohon kelapa sawit, harga lahan produktif sekitar Rp1.500 per meter dan lahan tidak produktif Rp1.000 per meter.

   Sementara itu, PT SILO yang telah beberapa tahun beroperasi di Pulau Sebuku itu telah mengantongi ijin kuasa pertambangan dengan dilanjutkan ijin eksploitasi sekitar 9 ribu Ha.

   Namun untuk meningkatkan produktifitasnya di lahan yang dikuasai itu, pihak perusahaan masih harus berurusan dengan masyarakat, karena dari sebagian KP diantaranya masih dikuasi sekitar 40 kepala keluarga dan berupa perkebunan kelapa sawit. (ins)


No comments: