Thursday, February 19, 2009

Petani Sawit Merasa Kurang Beruntung

Tuesday, 06 January 2009 11:59 redaksi
BATULICIN - Kegembiraan para petani kebun kelapa sawit di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Kalimantan Selatan dengan meningkatnya harga Tandan Buah Segar (TBS) tidak berlangsung lama, mereka merasa kurang beruntung akibat krisis global belum juga berakhir.

     "Harga tandan buah segar (TBS) hasil kebun kelapa sawit yang diharapkan para petani bisa kembali pulih belum juga terwujud. Kini justru semakin turun dari Rp800 menjadi Rp500 per kg," kata Simbolon (40), petani kelapa sawit dari Desa Karya Bakti, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanbu, kemarin.

     Akibatnya, tidak sedikit petani sawit enggan memelihara hasil tanamanya. Sejak berlangsungnya krisis ekonomi global pada Oktober 2008, harga jual TBS belum menunjukan tanda-tanda pemulihan.

     Bibit kelapa sawit yang kembali berhasil ditanam diatas lahan puluhan hektar dibiarkan begitu saja. Selain tidak dipupuk, tanaman ini dibiarkan dari gangguan rumput yang tumbuh di sekelilingnya.   Termasuk dari gangguan serangan binatang liar seperti tikus dan babi hutan juga tidak dihiraukan. Mereka putus asa dengan gonjang ganjing harga TBS kelapa sawit yang tak kunjung membaik.

     "Ada sekitar 10 hektar bibit yang baru ditanam kami biarkan begitu saja. Selain modal habis, kami juga bingung bibit ini dikemanakan. Sementara, harga jual kelapa sawit tidak bisa diharapkan," jelas Simbolon.

     Rasa enggan petani muncul, akibat kekhawatiran yang sudah cukup mendalam. Tanaman kelapa sawit mau dirawat dengan baik dengan biaya relatif besar, namun ditakutkan harganya tak bisa pulih.

     Justru kerugian yang nilainya cukup besar akan ditanggung petani. Mengingat, mereka saat ini sudah merugi puluhan juta rupiah untuk mengolah lahan, pengadaan bibit dan juga pupukn yang telah disebarkan ke sejumlah tanaman tersebut.

     "Iya kalau harganya pulih. Kalau malah turun, kami rugi banyak. Ini saja sudah habis puluhan juta rupiah dan belum kembali modal. Dari pada beresiko, lebih baik biarkan dulu," ujarnya.

     Hal yang sama dikatakan petani sawit yang lain, Sarmani (36). Dia berencana beralih profesi akibat harga sawit yang tidak kunjung pulih.

     "Inginnya sih bekerja yang lain saja mas. Tapi, saya juga belum tahu. Mau tanam jagung atau lombok. Kalau musim ini juga belum bisa. Karena, modal juga sudah habis untuk menanam sawit kemarin," paparnya.an/mb03

No comments: