Tuesday, 23 December 2008 09:55 redaksi
TANJUNG - Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi perusahaan perkebunan sawit. Perusahaan besar perkebunan penghasil minyak goreng ini dalam kondisi kritis lantaran diprediksi hanya mampu bertahan enam bulan ke depan saja.
Kenyataan itu diakui Kepala Personalia PT Astra Agro Lestari (AAL) I, Nuriyanto."Kita belum tahun nasib setelah enam bulan ke depan," ujarnya ketika mengikuti sosialisasi UMP di Gedung Informasi Tanjung.
Kemungkinan terburuk, akan terjadi pengurangan tenaga kerja besar-besaran."Resiko paling buruk dengan terpaksa kita akan melakukan pengurangan tenaga kerja besar-besar," ujarnya sedih.
Diketahui, biaya produksi untuk 1 kilogram sudah mencapai Rp4.200 sedangkan nilai jualnya hanya Rp4.000. Dari nilai jual dibanding harga produksi perusahaan perkebunan sawit sudah mengalami kerugian Rp200 per kilogram.
"Bagi perusahaan perkebunan besar dengan jaringan luas mungkin masih bisa bertahan paling tidak enam bulan," terangnya. Apalagi perusahaan perkebunan kecil banyak yang sudah kolap.
PT AAL I yang memiliki dan mengelola perkebunan sawit di desa Hayub, Kecamatan Haruai adalah salah satu cabang dari Group Astra untuk bidang perkebunan. Perusahaan ini memiliki karyawan kurang lebih 400 orang.
Nuriyanto mengatakan kenaikan UMP sebenarnya tidak menjadi masalah bagi perusahaan jika kondisi perekonomian dunia baik dan harga sawit bisa kembali normal seperti sebelum krisis global.
"Dengan harga sawit dipasaran dunia sekarang ini, mampu bertahan saja sudah baik," pungkasnya.ale/elo
No comments:
Post a Comment