Selasa, 13 Maret 2007
Islamabad, Kompas - Produsen minyak kelapa sawit mentah Indonesia dapat melirik pasar yang semakin prospektif di negara Pakistan.
Pertumbuhan ekonomi Pakistan yang semakin positif telah meningkatkan permintaan terhadap minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
"Selama ini Pakistan mengimpor 60 persen CPO dari Malaysia, sisanya dari Indonesia. Saat ini kebutuhan CPO mereka meningkat karena industri pengolahan CPO yang ada sudah mulai berproduksi tahun ini," kata Yuyun Kamhayun, Kuasa Usaha Kedutaan Besar RI untuk Pakistan, di Islamabad, Senin (12/3).
Pakistan mengimpor 1,3 juta ton CPO dan produk turunannya setiap tahun. Biro Statistik Pakistan telah menetapkan impor dari Indonesia ke dalam kategori minyak dan lemak nabati tetap.
Negara yang bertetangga dengan Afganistan dan India ini berpenduduk sedikitnya 150 juta jiwa. Kondisi ekonomi yang terus membaik menyebabkan tingkat perdagangan pun semakin meningkat.
Pada perdagangan periode 2004-2005, nilainya masih sekitar 270 juta dollar AS. Pada periode selanjutnya, terjadi lonjakan impor sebesar 50 juta dollar AS sehingga nilainya menjadi 320 juta dollar AS.
Produksi CPO
Indonesia sendiri tahun 2006 memproduksi 16 juta ton CPO. Sedikitnya 11,5 juta ton diekspor, sedangkan sisanya sekitar 4 juta ton lagi diserap industri pengolahan di dalam negeri.
Negara tujuan ekspor terbesar masih tetap India, setelah itu Eropa dan China. India mengimpor sedikitnya 1,8 juta ton CPO dari Indonesia dan 1,2 juta ton dari Malaysia.
Perkembangan industri hilir CPO saat ini, terutama sejak menguatnya keinginan pengembangan bioenergi di seluruh dunia, mulai menimbulkan keresahan di negara-negara importir CPO.
Oleh karena itu, Indonesia yang merupakan produsen CPO terbesar kedua di dunia setelah Malaysia berpeluang besar untuk mengisi kekosongan pasar yang ditinggalkan pesaingnya.
Kertas juga diminati
Selain CPO dan produk turunannya, Indonesia juga berpeluang meningkatkan ekspor komoditas lain ke Pakistan. Kertas dan produk kertas merupakan komoditas lain yang juga prospektif dipasarkan ke Pakistan.
Meski menghadapi persaingan yang sangat ketat dari produk China, Turki, dan Thailand, kertas Indonesia masih tetap diminati pasar Pakistan.
Kualitasnya yang baik dengan kertas putih yang mengilap membuat produk Indonesia laku untuk dipasarkan di Pakistan.
Pada periode 2004-2005, impor produk kertas Pakistan dari Indonesia mencapai nilai 21 juta dollar AS. Adapun pada periode selanjutnya terjadi kenaikan yang cukup signifikan menjadi 30 juta dollar AS.
Staf Seksi Ekonomi Kedubes RI di Islamabad, M Niam Sutaman, mengatakan, peningkatan tersebut terjadi karena belum banyak produsen kertas dan produk kertas di Indonesia yang serius menggarap pasar Pakistan.
"Sudah saatnya produsen minyak kelapa sawit di Indonesia menjajaki pasar di Pakistan untuk meningkatkan pangsa pasar ekspornya di pasar internasional," ungkap Niam Sutaman. (Hamzirwan)
No comments:
Post a Comment