Monday, April 23, 2007

Produk ekspor Disiapkan, Insentif Industri Hilir CPO

Sabtu, 03 Maret 2007

Jakarta, ANTARA - Pengembangan industri hilir minyak sawit mentah (crude palm oil) akan mendapat banyak insentif karena pemerintah akan mengembangkan mekanisme insentif untuk mendorong berkembangnya industri hilir CPO di dalam negeri. Kebijakan itu ditempuh dalam upaya mendorong pertumbuhan industri hilir CPO.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Diah Maulida di Jakarta, Jumat (2/3).

Menurut Diah, kebijakan itu lantaran pasar ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang sudah ada saat ini jangan sampai ditinggalkan konsumen. Hal itu mengingat persaingan ketat di industri minyak nabati, baik dari sesama produsen CPO sendiri maupun produsen minyak nabati lainnya berbahan baku bunga matahari dan kedelai.

"Kita harus tetap menjaga pasar yang ada, jangan sampai ditinggalkan. Di dalam negeri, industrinya (industri hilir CPO) diberi insentif yang kira-kira membuat mereka bisa berkembang supaya penyerapan (CPO) di dalam negerinya juga besar," kata Diah.

Pemerintah sebenarnya sudah punya payung hukum pemberian insentif untuk mengembangkan industri hilir CPO di dalam negeri, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2007, yang mengatur insentif Pajak Penghasilan untuk industri tertentu dan atau di daerah tertentu, serta PP Nomor 7 Tahun 2007 yang mengatur pembebasan Pajak Pertambahan Nilai produk strategis.

Diah mengatakan, industri CPO yang sudah ada tidak bisa begitu saja dialihkan menjadi industri hilir CPO. Hal itu karena selain potensi ekspor CPO dan pasarnya besar, produsen CPO sendiri juga harus menghadapi kampanye negatif dari pesaingnya, yaitu para produsen minyak nabati seperti minyak bunga matahari maupun kedelai.

"Mereka kan juga tidak ingin CPO kita mengisi pasar. Jadi kampanye negatif itu harus kita lawan bersama-sama," katanya.

Diah juga menyinggung rencana pemerintah dalam jangka panjang untuk mengembangkan produksi CPO di dalam negeri guna mengantisipasi peningkatan permintaan seiring dengan berkembangnya industri hilir CPO kelak.

"Jadi di on-farm-nya (perkebunan) juga harus dibenahi. Semua itu harus dilakukan dalam jangka panjang," katanya.

Menanggapi konsep pengembangan industri hilir CPO yang diminta Wapres Jusuf Kalla, kini pihaknya bersama departemen dan instansi terkait masih melakukan perhitungan secara rinci agar pasar ekspor CPO yang ada tidak ditinggal. Pasar industri hilir CPO bisa tumbuh dan berkembang di dalam negeri.

"Skenario kebijakannya bisa ditanyakan ke Pak Benny Wahyudi (Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian). Intinya, semua di Pak Benny," katanya. (ast/antara)

No comments: