Sabtu, 06 September 2008 13:37 redaksi
PELAIHARI - Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan mencatat di Kabupaten Tanah Laut ini saja telah dibuka lahan perkerbunan sawit milik rakyat seluas 6.050 hektare.
"Program kelapa sawit rakyat ini berlangsung sejak tahun 2003 hingga 2006," kata Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Ir Hariyono.
Dari 6.050 hektare perkebunan kelapa sawit yang dimiliki sekitar 3.000 petani eks Plasma Tebu. Dari jumlah itu, sebanyak 1.325 hektare perkebunan sawit program tahun 2003 sebagian besarnya sudah menghasilkan.
Pada bulan Agustus 2008, petani menyebutkannya tanaman sawit sedang berbunga, dan dalam dua bulan kedepan petani bisa menikmati hasil produksi.
Walaupun begitu, petani masih saja bisa panen meski tidak begitu besar yakni 60 kilogram/hektare/15 hari atau 120 kilogram tandan buah segar/bulan/hekatre.
"Dalam satu bulan, kami panen 2 kali," ujar Asnan warga Tungkaran Salang, Desa Telaga Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut.
Asnan sendiri merupakan petani pengaraf lahan seluas 10 hektare, milik orang Banjarmasin. Di daerah ini, memang relatif sulit menemukan petani pemilik lahan kelapa sawit yang mengaraf langsung tanahnya. Kebanyakan lahan sawit milik transmigrasi ini sudah dijual kepada orang kota, seperti orang Banjarmasin.
Ucapan Asnan, senada dengan ucapan Mas'ud petani pemilik lahan seluas tujuh hektare dan Saleh yang mengaraf sendiri lahan seluas tiga hekatre. Dua petani asal daerah kelahiran Maselembo Jawa Timur, sudah satu terakhir menikmati hasil panen kelapa sawit.
Uniknya, rata-rata petani kelapa sawit didaerah ini tidak mengerti apa yang dinamakan CPO. Jadi ketika ditanya, pengaruh turunnya harga CPO, mereka tidak bisa menjawab.
Turunnya naiknya harga CPO hanya diketahui para pekebun besar, seperti PT Perkebunan Nusantara XIII (persero). General Manager PT PN XIII yang juga Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Kalimantan Selatan Sunardi R Taruna, menyebutkan harga CPO yang semula Rp9.000 hingga Rp10 ribu/kg, turun menjadi Rp6.500/kg untuk saat ini.
Hal ini tentunya berdampak pada tingkat harga beli
TBS dari semula Rp1.900/kg, menjadi Rp1.100/kg/tbs. Penurunan harga beli TBS ini memang belum dirasakan petani pemilik kelapa sawit, karena rata-rata petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul.
Dimasa untuk saat ini, hasil panen petani di Pelaihari diharga Rp1.200/kg."Dalam dua kali panen, saya menjualnya Rp1.200/kg," ujar Mas'ud, seraya menambahkan, untuk satu kali panen, dirinya dapat Rp60 ribu atau Rp120 ribu/hektare/bulan.tnr
No comments:
Post a Comment